Hasil Penelitian tentang pembelajaran yang berkaitan dengan persegi dan belahketupat

BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini disajikan tentang: (A) Pembelajaran Luas Bangun Datar, (B) Pembelajaran Kontekstual

A.     Pembelajaran Luas Bangun Datar (Segi Empat)

Dewasa ini pembelajaran tentang Geometri dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap dunia sekitar. Bukan hanya kemampuan tentang pengenalan bangun datar, namun kemampuan tentang bangun ruang sudah dikenalkan kepada siswa sejak usia sekolah dasar sampai menginjak sekolah menengah, melalui pendekatan pembelajaran yang cocok dengan perkembangan dan tahap berpikir mereka.
Siswa akan lebih tertarik untuk mempelajari bangun ruang jika mereka terlibat secara aktif dalam kegiatan individu atau kelompok berkenaan dengan pengetahuan bangun ruang. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat diberikan kepada siswa adalah pengukuran. Keterlibatan aktif siswa dengan alat pengukuran dalam kehidupan sehari-hari adalah hal penting dalam membantu siswa untuk memahami konsep pengukuran. Kegiatan pengukuran membutuhkan interaksi siswa dengan lingkungannya.
Pada tingkat sekolah menengah pertama, guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pengukuran sehingga siswa memahami konsep pengukuran dan mengembangkan kemampuan dalam menggunakan alat untuk mengukur benda di lingkungan sekitar anak. Pengukuran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah pengukuran luas bangun datar segi empat.
Adapun tahapan-tahapan pembelajaran bangun ruang untuk meningkatkan penguasaan konsep luas bangun datar (segi empat) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Pengertian Luas
luas sebuah bangun datar adalah besar ukuran daerah tertutup suatu permukaan bangun datar[1]. jadi yang dimaksud luas bangun datar adalah besarnyaa ukuran yang diperlukan untuk menutupi suatu daerah pada bangun datar.
2.      satuan luas
satuan luas dalam sistem metrik adalah m2.[2] dalam tangga satuan luas, tingkat penurunan (dari tangga atas ke bawah) dikalikan kelipatan 100, sedangkan tingkat kenaikan (dari tangga bawah ke arah atas) dikalikan kelipatan .
3.         Pengertian  Bangun Datar (Segi Empat)
a.                   Pengertian Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segi empat dengan sisi berhadapan sejajar dan sama panjang, dan keempat sudutnya siku-siku[3].
b.                  Pengertian Persegi
Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang[4].
c.                   Pengertian  Jajar Genjang
Jajar genjang adalah segi empat dengan kekhususan yaitu sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang[5].
d.         Belah Ketupat
Belah ketupat adalah segi empat yang dibentuk dari segitiga sama kaki dan bayangannya, dengan alas sebagai sumbu simetri[6].
e.         Layang-layang
Layang-layang meupakan segi empat yang dibentuk oleh dua segitiga sama kaki yang alasny sama panjang[7].
f.          Trapesium
Trapesium merupakan segi empat yang memiliki sepasang sisi berhadapan sejajar[8].
4.         Konsep Luas  Bangun Datar (Segi Empat)
Pada fase eksplorasi melalui pendekatan kontekstual guru menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan yang dapat menimbulkan perdebatan, kemudian siswa diajak untuk berfikir tentang macam-macam bentuk geometri utamanya bentuk bangun datar segi empat.
Langkah terakhir adalah aplikasi konsep. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memantapkan konsep dengan mengerjakan soal-soal luas bangun datar segi empat sesuai dengan konsep yang telah dipelajari. Siswa mengemukakakan permasalahan yang muncul berkaitan dengan konsep, dan siswa menyelesaikan soal-soal yang bervariasi sesuai dengan konsep yang telah dipelajarainya. Dari beberapa langkah tersebut keterlibatan guru dalam memberikan arahan dan bimbingan diminimalkan, bantuan diberikan apabila siswa membutuhkan. Sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep luas bangun datar segi empat dari pengalaman dan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.
Kegiatan diatas, bertujuan untuk melacak tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Guru dapat mengajukan berbagai macam pertanyaan atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide atau pendapat, baik cara berpikirnya dalam memanipulasi benda konkret maupun cara siswa menemukan jawaban. Fenomena yang dialami siswa tersebut, akan menjadi unsur penting pada diri siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri terhadap materi luas bangun datar segi empat.
Dalam kerangka ini, sangat penting bahwa siswa dimungkinkan untuk mencoba bermacam-macam cara yang cocok sesuai dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Guru tinggal membantu menyiapkan fasilitas dan mengarahkan dengan cara menciptakan bermacam-macam situasi serta memberikan motivasi, agar siswa sendiri yang mengkonstruksi pengetahuannya.

B.     Pembelajaran Kontekstual

1.      Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Beberapa definisi pembelajaran Kontekstual menurut beberapa tokoh dikemukakan sebagai berikut :
a.      Menurut Johnson
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.[9]
b.      Menurut The Washington
Pengajaran Kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata.
Pengajaran dan pembelajaran Kontesktual menekankan berfikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan melalui disiplin ilmu, dan mengumpulkan, menganalisis serta mensintesiskan informasi dan data dari berbagai sumber dan sudut pandang.[10]
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual matematika adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas sedikit-demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat. 
2.      Karaktristik Pembelajaran Kontekstual
Ada lima karakteristik utama dari pembelajaran matematika yang kontekstual sebagaimana diuraikan berikut[11] :
a.       Diajukannnya masalah kontekstual untuk dipecahkan atau diselesaikan oleh siswa sebagai titik awal proses pembelajaran.
b.      Dikembangkannya cara, alat atau model matematis (gambar, grafik, tabel, dll) oleh siswa sebagai jawaban informal terhadap masalah yang dihadapi yang berfungsi sebagai jembatan antara dunia real dengan abstrak sehingga terwujud proses matematisasi horisontal (yaitu proses diperolehnya matematika informal).
c.       Terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa, atau siswa dngan pakar dalam suasana demokratif berkenaan dengan penyelesaian masalah yang diajukan selama proses belajar.
d.      Ada keseimbangan antara proses matematisasi horizontal dan proses matematisasi vertical.
e.       Pembelajaran matematika tidak semata-mata memberi penekanan pada komputasi dan hanya mementingkan langkah-langkah prosedural penyelesaian soal (drill) namun juga memberi penekanan pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah.
3.      Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Berkaitan dengan faktor kebutuhan individu siswa, untuk menerapkan pembelajaran kontekstual guru memegang prinsip sebagai berikut [12]:
a.       Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa.
Hubungan antara isi kurikulum dan metodologi yang digunakan untuk mengajar harus didasarkan kepada kondisi sosial, emosional dan perkembangan intelektual siswa. Jadi usia siswa dan karaktristik individual lainnya serta kondisi sosial dan lingkungan budaya siswa haruslah menjadi perhatian di dalam merencanakan pembelajaran.
b.      Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung.
Siswa saling belajar dari sesamanya di dalam kelompok-kelompok kecil dan belajar bekerjasama dalam tim lebih besar (kelas). Kemampuan itu merupakan bentuk kerjasama yang diperlukan oleh orang dewasa di tempat kerja dan konteks lain. Jadi, siswa diharapkan untuk berperan aktif.
c.       Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri.
Lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri memilki tiga karakteristik umum, yaitu kesadaran berfikir, penggunaan strategi dan motivasi berkelanjutan.
d.      Mempertimbangkan keragaman siswa
Dikelas guru harus mengajar siswa dengan berbagai keragamannya, misalnya latar belakang suku bangsa, status sosial ekonomi, bahasa yang dipakai di rumah, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka miliki.
e.       Memperhatikan Multi Intelegensi
Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, maka cara siswa berpartisipasi di dalam kelas harus memperhatikan kebutuhan.
4.      Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah :
a.       Konstruktivisme (construktivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) Pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit)..
Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.[13]
Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme : [14]
1.      Memberi peluang kepada siswa untuk menemukan pengetahuan baru melalui proses pelibatan dalam dunia riel.
2.      Mendorong terbentuknya pembelajaran secara kooperatif.
3.      Memperhatikan kecenderungan sikap dan pembawaan siswa.
4.      Menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang sama pentingnya dengan hasil pembelajaran
5.      Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog dengan sesama siswa dan guru.
6.      Menciptakan proses inquiri siswa melalui kajian dan eksperimen.
7.      Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa.
8.      Memeperhatikan ide dan problem yang dimunculkan oleh siswa dan menggunakannya sebagai bagian dalam merancang pembelajaran.
9.      Memperhatikan dan mengapresiasi hasil kajian siswa terhadap suatu masalah.
b.      Inkuiri
Inkuiri pada dasarnya adalah suatu ide yang kompleks, yang berarti banyak hal, bagi banyak orang, dalam banyak konteks (a complex idea that means many things to many people in many contexts). Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan ketrampilan. Pada hakikatnya, inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari : (1) merumuskan masalah  dalam mata pelajaran matematika, (2) mengamati atau melakukan observasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table da karya lainnya dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audience lainnya.[15]
c.       Bertanya (Questioning)
Questioning (bertanya) adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksploitasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat digunakan untuk merangsang siswa berfikir, berdiskusi, dan berspekulasi. Guru dapat menggunakan teknik bertanya dengan cara menonjolkan keingintahuan siswa dan mendorong siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
d.      Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam masyarakat-belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara mereka yang tahu ke mereka yang belum tahu.
Pembelajaran matematika akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa jika guru menghadirkan masalah-masalah kontekstual dan realistik, yaitu masalah-masalah yang sudah dikenal, dekat dengan kehidupan riil sehari-hari siswa. Masalah kontekstual dapat digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika dalam membantu siswa mengembangkan pengertian terhadap konsep matematika yang dipelajari dan juga bisa digunakan sebagai sumber aplikasi matematika
e.         Pemodelan (Modeling)
Pemodelan maksudnya bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru.pemodelan dapat dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara mengerjakan sesuatu dan cara mengidentifikasi sesuatu.
f.         Refleksi (Reflectoin)
Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Refleksi juga merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas atau pengetahuan yang baru diterima. Dengan begitu siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari.

g.    Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
  Authentic Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Prinsip utama dalam pembelajaran kontekstual tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa, tetapi juga menilai apa yang dapay dilakukan siswa. Penelitian itu mengutamakan kualiatas hasil kerja siswa dalam menyeleseikan tugas.









a)       



 

5         







                                       
                            
           



[1] Sukino danWilson Simangunsong, Matematika SMP  Jilid 1, (Jakarta : Erlangga, 2004), hal.321
[2] ibid…, hal 321
[3] Ibid…, hal.324
[4] Ibid…, hal.324
[5] Ibid…, hal.330
[6] Ibid…, hal.335
[7] Ibid…, hal.340
[8] Ibid…, hal 344
[9] Nurhadi, Burhan Yasin, Pemebelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2004) hal. 12
[10] Ibid, hal.12
[11] Rachmad Widiharto, Model-Model Pembelajaran Matematika SMP, Makalah Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMP Jenjang Dasar Tanggal 10 Oktober 2004, (Yogyakarta : PPPG Matematika, 2004) hal.22
[12] Nurhadi, Yasin , Pembelajaran Kontekstual........, hal. 20
[13] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta,2005) hal 35
[14] Nurhadi, Yasin, Pembelajaran Kontekstual…… hal 20.
[15] Saiful, Konsep ……hal. 89

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buku yang berkaitan dengan Persegi dan Belah Ketupat